Desa Watulawang, merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pejagoan.
Desa ini merupakan desa tertinggi kesepuluh di Kabupaten Kebumen. Karena keberadaannya memiliki ketinggian rata-rata 299 meter di atas permukaan air laut.
Di ketinggian desa ini berdiri sebuah areal pemakaman yang dinamakan Makam Mbah Kuwu Kebayeman. Yakni sebuah makam tua unik yang berbentuk seperti punden berundak.
Nama Watulawang di ambil dari nama sebuah batu yang menyerupai pintu yang terletak di persawahan Watulawang dan batu itu sampai sekarang juga masih ada.
Bentuknya memang mirip pintu gerbang, konon katanya merupakan gerbang gaib. Batuan penyusunnya berupa breksi vulkanik dengan fragmen andesit yang dihasilkan dari aktivitas gunung api pada kala Miosen Atas.
Desa Watulawang masih memelihara adat istiadat dan tradisi Jawa lama yang diharmonisasi dengan agama Islam sebagai agama dominan masyarakat setempat.
Saat Sura, warga desa setempat banyak melakukan selamatan dan ritual khusus. Baik yang bersifat umum seperti Merdi Bumi, Palakia, Ruwat Dadung, Baritan, Kenduren Suran dan tradisi lainnya.
Yang bersifat pribadi contohnya Slametan Batur, Megeng (puasa ngebleng), Slametan Profesi (dagang, dll), Ngeramas benda pusaka (keris, tombak, pedang dll).
Selain itu ada sebuah kelompok masyarakat dan kelompok keagamaan yang mengamalkan “Dzikir Jawa”. Istilah ini meliputi sebuah pemahaman tentang ilmu batin maupun sebuah sistem sosial.
Dikatakan sebagai ilmu batin karena diamalkan dengan melewati tahapan tertentu di bawah bimbingan seorang sesepuh dan menggunakan bacaan dzikir berbahasa Jawa (bukan Arab) maupun sebuah sistem sosial.
Dikatakan sistem sosial karena melibatkan sejumlah kelompok orang dalam jumlah besar dengan menganut sejumlah etika kelompok yang tidak secara terbuka dapat diakses oleh publik.
Punden berundak merupakan salah satu peninggalan zaman megalitikum yang identik terbuat dari batu-batu besar. Budaya megalitik merupakan salah satu corak budaya prasejarah yang berkembang di Indonesia.
Awal perkembangan megalitik diperkirakan muncul pada waktu meluasnya tradisi bercocok tanam pada sekitar tahun 6000 SM. Peninggalan kebudayaan megalitik tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera hingga Pulau Jawa.
Secara garis besar fungsi bangunan dan peninggalan megalitik dapat dibagi ke dalam dua hal, yaitu sebagai penguburan dan pemujaan.
Beberapa bangunan yang memiliki ciri fungsi penguburan misalnya dolmen, peti kubur batu, balik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang dan batu temu gelang.
Sementara itu, bangunan lain yang memiliki ciri fungsi sebagai pemujaan terhadap nenek moyang adalah punden berundak, arca megalitik, menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lumpang, lesung batu, batu dakon dan lain sebagainya.
Di antara bangunan-bangunan peninggalan tradisi megalitik yang telah disebutkan tersebut, bangunan berundak menunjukkan bentuk yang paling kompleks, memiliki ukuran yang relatif besar dan bersifat monumental jika dibandingkan peninggalan tradisi megalitik lainnya.
Punden berundak merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu-batu besar berbentuk struktur yang berundak-undak. Bangunan ini berupa bangunan terbuka berstruktur tingkat yang tidak memiliki ruang dan tidak memiliki atap.
Keseluruhan bangunan berundak terdiri atas satuan-satuan batu yang disusun atau di atas susunan lainnya mirip susunan anak tangga dan pada umumnya semakin tinggi tingkatannya semakin ke belakang letaknya.
Jenis struktur lainnya yang biasa ditemukan bersama dengan bangunan punden berundak adalah jalanan batu, dinding batu, anak tangga, yang kesemuanya biasa ditemukan dalam satu kesatuan.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungan dengan pemujaan arwah leluhur.
Persebaran Punden Berundak di Indonesia
Punden berundak tersebar di 12 wilayah yang meliputi kawasan barat (Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung), kawasan utara (Sulawesi Selatan), kawasan selatan (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dan kawasan timur (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur).
Di Jawa Barat punden berundak bisa ditemukan di Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten Kuningan hingga daerah Banten Selatan.
Terimakasih sudah berkenan mampir, semoga bermanfaat, bila suka boleh di share, berkenan dukung dengan subscribe, kritik dan saran di kolom komentar.
Location : https://goo.gl/maps/Gn9FTJtGX1nvw8rh8
#misteri #pundenberundak #kebumen
Edited : Davinci Ressolve
Sound : 1. Donkgedank, Backsound Gamelan #11 - SEWELAS
2. Donkgedank, Backsound Gamelan #6 - ENEM
3. Donkgedank, UNGGUH
Gear : DJI Spark & FIMI Palm
Drone : https://www.instagram.com/latip.x/
Desa ini merupakan desa tertinggi kesepuluh di Kabupaten Kebumen. Karena keberadaannya memiliki ketinggian rata-rata 299 meter di atas permukaan air laut.
Di ketinggian desa ini berdiri sebuah areal pemakaman yang dinamakan Makam Mbah Kuwu Kebayeman. Yakni sebuah makam tua unik yang berbentuk seperti punden berundak.
Nama Watulawang di ambil dari nama sebuah batu yang menyerupai pintu yang terletak di persawahan Watulawang dan batu itu sampai sekarang juga masih ada.
Bentuknya memang mirip pintu gerbang, konon katanya merupakan gerbang gaib. Batuan penyusunnya berupa breksi vulkanik dengan fragmen andesit yang dihasilkan dari aktivitas gunung api pada kala Miosen Atas.
Desa Watulawang masih memelihara adat istiadat dan tradisi Jawa lama yang diharmonisasi dengan agama Islam sebagai agama dominan masyarakat setempat.
Saat Sura, warga desa setempat banyak melakukan selamatan dan ritual khusus. Baik yang bersifat umum seperti Merdi Bumi, Palakia, Ruwat Dadung, Baritan, Kenduren Suran dan tradisi lainnya.
Yang bersifat pribadi contohnya Slametan Batur, Megeng (puasa ngebleng), Slametan Profesi (dagang, dll), Ngeramas benda pusaka (keris, tombak, pedang dll).
Selain itu ada sebuah kelompok masyarakat dan kelompok keagamaan yang mengamalkan “Dzikir Jawa”. Istilah ini meliputi sebuah pemahaman tentang ilmu batin maupun sebuah sistem sosial.
Dikatakan sebagai ilmu batin karena diamalkan dengan melewati tahapan tertentu di bawah bimbingan seorang sesepuh dan menggunakan bacaan dzikir berbahasa Jawa (bukan Arab) maupun sebuah sistem sosial.
Dikatakan sistem sosial karena melibatkan sejumlah kelompok orang dalam jumlah besar dengan menganut sejumlah etika kelompok yang tidak secara terbuka dapat diakses oleh publik.
Punden berundak merupakan salah satu peninggalan zaman megalitikum yang identik terbuat dari batu-batu besar. Budaya megalitik merupakan salah satu corak budaya prasejarah yang berkembang di Indonesia.
Awal perkembangan megalitik diperkirakan muncul pada waktu meluasnya tradisi bercocok tanam pada sekitar tahun 6000 SM. Peninggalan kebudayaan megalitik tersebar di berbagai daerah mulai dari Sumatera hingga Pulau Jawa.
Secara garis besar fungsi bangunan dan peninggalan megalitik dapat dibagi ke dalam dua hal, yaitu sebagai penguburan dan pemujaan.
Beberapa bangunan yang memiliki ciri fungsi penguburan misalnya dolmen, peti kubur batu, balik batu, sarkofagus, kalamba atau bejana batu, waruga, batu kandang dan batu temu gelang.
Sementara itu, bangunan lain yang memiliki ciri fungsi sebagai pemujaan terhadap nenek moyang adalah punden berundak, arca megalitik, menhir, patung nenek moyang, batu saji, batu lumpang, lesung batu, batu dakon dan lain sebagainya.
Di antara bangunan-bangunan peninggalan tradisi megalitik yang telah disebutkan tersebut, bangunan berundak menunjukkan bentuk yang paling kompleks, memiliki ukuran yang relatif besar dan bersifat monumental jika dibandingkan peninggalan tradisi megalitik lainnya.
Punden berundak merupakan suatu bangunan yang terbuat dari batu-batu besar berbentuk struktur yang berundak-undak. Bangunan ini berupa bangunan terbuka berstruktur tingkat yang tidak memiliki ruang dan tidak memiliki atap.
Keseluruhan bangunan berundak terdiri atas satuan-satuan batu yang disusun atau di atas susunan lainnya mirip susunan anak tangga dan pada umumnya semakin tinggi tingkatannya semakin ke belakang letaknya.
Jenis struktur lainnya yang biasa ditemukan bersama dengan bangunan punden berundak adalah jalanan batu, dinding batu, anak tangga, yang kesemuanya biasa ditemukan dalam satu kesatuan.
Bangunan ini berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungan dengan pemujaan arwah leluhur.
Persebaran Punden Berundak di Indonesia
Punden berundak tersebar di 12 wilayah yang meliputi kawasan barat (Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung), kawasan utara (Sulawesi Selatan), kawasan selatan (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dan kawasan timur (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur).
Di Jawa Barat punden berundak bisa ditemukan di Kabupaten Sukabumi (Pangguyangan dan Gunung Padang), Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Rangkasbitung, Kabupaten Kuningan hingga daerah Banten Selatan.
Terimakasih sudah berkenan mampir, semoga bermanfaat, bila suka boleh di share, berkenan dukung dengan subscribe, kritik dan saran di kolom komentar.
Location : https://goo.gl/maps/Gn9FTJtGX1nvw8rh8
#misteri #pundenberundak #kebumen
Edited : Davinci Ressolve
Sound : 1. Donkgedank, Backsound Gamelan #11 - SEWELAS
2. Donkgedank, Backsound Gamelan #6 - ENEM
3. Donkgedank, UNGGUH
Gear : DJI Spark & FIMI Palm
Drone : https://www.instagram.com/latip.x/
- Category
- DJI MAVIC MINI 2
Commenting disabled.